Suatu ketika selepas Ashar di Masjid Al Hikam. Di salah satu pojok 
masjid tersebut terdapat Ranid dengan dua orang temannya yakni Ahmad dan
 Ilmi yang terlihat sedang mendiskusikan sesuatu. Kali ini tema yang 
diangkat seputar masalah I’jazul Quran (Mukjizat Al Quran). Diskusi yang
 berjalan cukup santai namun sarat akan ilmu.
Ahmad adalah seorang mahasiswa salah satu PTS di Jakarta dengan program 
studi Matematika. Seorang calon pengabdi masyarakat dengan ilmunya. 
Ahmad selalu berupaya mengaitkan Al-Qur’an dengan bidang studinya 
matematika. Ahmad sering berkutat dengan angka-angka dalam Al-Qur’an.
Ahmad pun memulai diskusi. “Subhanallah alquran itu bener-bener 
mukjizat. Ana pernah baca di Internet bahwa ternyata kata Yaum (hari) di
 dalam alquran sebanyak 365 kata sama seperti jumlah hari dalam satu 
tahun, kata syahr (bulan) disebutin 12 kali sama kayak jumlah bulan 
dalam satu tahun, sab’u (minggu) disebutin 7 kali sama dengan jumlah 
hari per minggu. Belum lagi kata-kata yang berlawan kata. Misalnya ad 
dunya 115 kali, al akhiroh juga 115 kali. Malaikat 88 kali sedangkan asy
 syayathin 88 kali juga. Al hayat 145 kali begitupun dengan Al Maut yang
 juga 145 kali. Belum lagi angka 19 yang disebutin dalam alquran surat 
Al Mudatsir ayat 30. Sebetulnya masih banyak tapi mending antum liat di 
internet aja nafsi-nafsi, tinggal tanya mbah google ketik key word nya 
keajaiban angka dalam alquran,” Celoteh Ahmad sekaligus mengakhiri presentasinya.
Tiba giliran Ranid memaparkan pengetahuannya seputar masalah mukjizat 
Quran. Ranid memang sangat menyenangi diskusi-diskusi tentang kajian 
Islam berhubung program studi Ranid adalah bahasa Arab yang ia geluti di
 salah satu Ma’had Lughoh di Jakarta. Maka ia akan memaparkan 
sepengetahuannya tentang I’jazul Quran dari sudut pandang bahasa.
Setelah mengucapkan basmalah seraya memuji Allah dengan hamdalah, serta sholawat kepada Nabi SAW. Ranid pun mulai berkata “Mumtaz!
 ustadz Ahmad mantep dah penjelasannya, giliran ana ya? Gini jadi 
mukjizat kalo diliat dari segi bahasa maka secara sederhana dapat 
diartikan sebagai 'senjata' untuk melemahkan terhadap tantangan dakwah 
yang ada. Contoh di zaman nabi Musa AS berhubung waktu itu sihir sedang 
ngetrend-ngetrendnya maka Allah kasih mukjizat nabi Musa AS 'menyerupai'
 sihir, tapi bukan sihir, dengan tongkatnya yang terkenal. Bisa berubah 
jadi ular, ngebelah lautan, dsb. Trus di zaman nabi Isa AS berhubung 
waktu itu ilmu kedokteran lagi maju-majunya maka Allah kasih kepada nabi
 Isa AS mukjizat yang berhubungan dengan dunia pengobatan. Nah, di zaman
 Rasul SAW pada masa itu kaum jahiliyyah terkenal akan syairnya yang 
luar biasa Indahnya. Maka Allah pun memberikan kepada Nabi SAW berupa 
alquran sebuah mukjizat yang begitu sangat tinggi dan sarat akan nilai 
sastranya.”
Ranid masih melanjutkan pemaparannya “bahkan Allah nantangin mereka 
kaum kafir untuk buat satu surat saja yang semisal dengan alquran. Coba 
antum buka Al-Baqoroh ayat 23 'dan jika kamu meragukan Al-Quran yang 
Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) maka buatlah satu surat 
semisalnya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu orang 
yang benar,' dan dilanjutan ayatnya, bahwa Allah sudah kasih garansi, 
mereka pasti gak akan mampu ngebuatnya. Pernah ada kisah tentang 
Musailamah Al-Kadzdzab yang coba-coba buat alquran tandingan. Salah satu
 suratnya niru-niru al-fiil. Dan surat gadungan itu ditertawakan banyak 
orang karena diliat dari sisi bahasa dan maknanya betul-betul jelek. Dan
 satu hal lagi cuma alquran kitab suci yang bisa dihafal oleh jutaan 
manusia walaupun manusianya itu sendiri pun tidak mengetahui arti 
alquran. Bahkan uniknya juga, hafalannya tersebut lengkap sampai titik 
dan komanya. Subhanallah maha benar Allah dalam firmanNya 'dan sungguh 
Kami mudahkan Al-Quran untuk peringatan' Al-Qomar ayat 17,” Ranid pun mengakhiri makalah yang dibawakannya.
Selanjutnya giliran Ilmi yang mendapat giliran menjelaskan mukjizat 
quran berdasarkan studi yang ia geluti. Ilmi adalah seorang mahasiswa IT
 di salah satu PTS di Jakarta. Berbeda dengan kedua orang sahabatnya 
tadi, Ikhwan lajang ini tengah mengerjakan tugas akhir dalam 
perkuliahannya. Hal ini dikarenakan Ilmi terlebih dahulu kuliah selepas 
SMA daripada Ahmad dan Ranid yang sempat menunda jenjang akademisnya.
Lengkap dengan stelan kacamata khas para hacker di film Hollywood, Ilmi pun memulai pembicaraannya. “sebenernya
 ana belum mau mengatakan ini mukjizat atau gak? terus terang ana gak 
berani. Tapi salah satu point yang pernah ana dengar dalam seminar 
Qur’an bahwa kenapa Qur’an disebut mukjizat tak lain dan tak bukan 
adalah karena kebenarannya dalam 'meramal' masa depan. Betul gak Ran?”
 Ilmi bertanya pada Ranid. Ranid pun mengiyakan pernyataan Ilmi dengan 
mengaggukan kepala, seolah tak mau kehilangan pemaparan dari Ilmi 
sahabatnya.
Ilmi melanjutkan “surat al-lahab contohnya, di situ Allah memastikan
 bahwa Abu Lahab bakalan tetep kafir dan masuk neraka. Dan ketika surat 
itu turun di Mekkah, Abu Lahab ternyata masih hidup. Sekarang coba antum
 bayangin kalo seandainya Abu Lahab itu tergerak hatinya untuk masuk 
Islam atau pun pura-pura masuk Islam maka Al-Quran akan dipertanyakan 
kebenarannya dari dulu sampai sekarang. Ataupun di surat Ar-Rum di situ 
dijelaskan bahwa Romawi bakalan menang melawan Persia. Dan itu 
subhanallah terjadi beberpa tahun kemudian. Setelah pada peperangan yang
 sebelumnya Romawi kalah maka pada peperangan selanjutnya Romawi menang 
telak. Dan satu lagi peristiwa fathul Mekkah di surat Al-Fath. Allah 
memastikan kaum Muslimin akan memasuki Mekkah setelah sekian lama hijrah
 ke Madinah. Dan subhanallah hal itu terbukti.”
“Ah itu mah ana dari aspek sejarah Mi, coba dari aspek IT sesuai sama studi antum?” Tanya Ranid seolah menantang Ilmi. “Weitss, tenang-tenang ana kan belum selesai jelasinnya, ana lanjut ya!” Jawab Ilmi. “Nah berhubung tadi ana bilang ana gak berani nyebut ini mukjizat atau nggak, maka ana akan bilang ini kehebatan Quran.”
 Ilmi masih melanjutkan, sementara kedua rekannya Ahmad dan Ranid masih 
terus diam dan menyimak kata per kata yang akan terlontar dari mulut 
Ilmi. “Antum tau gak, bahwa sejak 1400 tahun yang lalu alquran sudah menyinggung tentang Facebook dan kawan-kawannya?!”
 Ahmad sang Cagur (Calon Guru) tertegun diiringi dengan tertawa kecil 
seolah tak percaya statmen Ilmi. Lain lagi dengan Ranid yang masih 
berpikir dan mencari-cari bahwa apakah benar kata Facebook ada di dalam 
alquran. Dengan mencoba mentashrif pola-pola fi’il.
Ilmi meneruskan kembali pemaparannya “Ahmad, coba antum buka surat 
Al-Ma’arij ayat 19-21 'Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka 
mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan apabila 
mendapat kebaikan dia jadi kikir.' Ayat ini menjelaskan fenomena jama’ah
 Al-Fisbukiyyah secara umum. Coba antum liat wirid-wirid mereka. 
Kebanyakan isinya keluh kesah. Temanya udah mirip sinetron mendayu-dayu 
sampai bikin air mata keluar. Sakit dari mulai bisul, cantengan, 
jerawat, sampai ayan di update di status. Cuaca juga gak ketinggalan. 
Dikasih hujan, ngeluh gak bisa kemana-mana. Dikasih panas ngeluh 
kepanasan. Segala maksiat juga disebarin di muka umum. Masalah duit 
abis, rezeki seret terus dan terus di suguhkan. Ibadah juga ada beberapa
 yang dipublikasikan puasa, sedekah, tapi alhamdulillah ana belum 
menemukan ada orang yang lagi sholat update status 'lagi roka’at dua 
nih' naudzubillah kalo sampai ada!” canda Ilmi. Ahmad dan Ranid pun tertawa dan mengaminkan ucapan Ilmi. “Terus
 di ayat setelahnya dikatakan 'apabila dapat kebaikan maka ia kikir.' 
Ana rasa betul ayat tersebut. Coba antum hitung ada beberapa orang yang 
update status semisal alhamdulillah dapet rezeki, buat yang mau 
ditraktir harap tunggu di depan masjid. Kira-kira ada gak status kayak 
gitu. Giliran dapat rezeki yang melimpah pada pelit gak mau orang lain 
pada tau, tapi giliran ditimpa musibah di share kemana-mana.”
“Ah, antum iri aja kali jangan sok jaim deh?!” Kali ini Ahmad yang bertanya kepada Ilmi. Ilmi pun menjawab “ana
 rasa jaim itu perlu, dalam konteks JAIM, Jaga-Iman berkaitan dengan hal
 malu, ana tidak mengharamkan update status, akan tetapi alangkah 
baiknya update-nya itu yang baik-baik pokoknya temanya mengajak kebaikan
 dari quran, hadits, sahabat, ataupun salafush sholih. Inget akh dalam 
hadits riwayat Bukhori dikatakan Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah 
sesukamu. Ulama bilang bahwa jika kita udah gak malu sama Allah dan 
tidak merasa diawasinya maka tunaikan saja hawa nafsumu dan lakukan apa 
yang kau inginkan.” Jawab Ilmi.
Ranid tak menyangka sahabatnya Ilmi dapat menarik dan mengaitkan surat 
Al-Ma’arij ayat 20-22 dengan fenomena Facebookers yang bergentayangan di
 dunia maya. Alhamdulillah bertambah satu lagi pengetahuan Ranid pada 
hari itu. Sungguh Ranid sejatinya sudah sering membaca atau bahkan 
menghafalkan surat ini. Namun dikarenakan kurang men-tadabbur-i ayat ini
 maka alangkah kagetnya ia mendengarkan penjelasan yang dipaparkan oleh 
sahabatnya Ilmi.
 
 
 
0 komentar:
Posting Komentar