Pages

Senin, 18 November 2013

Sinopsis Novel Angkatan 66 Harimau ! Harimau !

 

        i.            Alur

 - Novel Harimau ! Harimau ! adalah alur maju ( progresif), 

1)      Pengenalan cerita

           Tujuh orang pencari damar yakni, Pak Haji Rakhmad, Wak Katok, Buyung, Sanip, Talib, Sutan, dan Pak Balam secara bersama-sama mencari damar di hutan sekitar tempat tinggal Wak Hitam.
 

2)      Munculnya Konflik




Pak Balam menjadi korban terkaman harimau dan merasa bahwa harimau tersebut merupakan utusan Tuhan sebagai hukuman akibat dosa yang dilakukan. Kemudian Pak Balam mulai menyuruh yang lain untuk mengakui dosa-dosanya juga satu persatu di depan mereka semua yang akhirnya mulai menimbulkan perdebatan dan penolakan keras.

                       3)      Konflik Memuncak (Klimaks)

Pak Balam disusul Talib dan Sutan, yang kesemuanya akhirnya meninggal diterkam harimau. Kemudian terjadilah perdebatan hebat antara Wak Katok dan Buyung.




Hal ini disebabkan kedok Wak Katok sebagai dukun palsu telah terkuak, karena ia tak dapat menyelamatkan nyawa ketiga rekannya dari terkaman harimau. Wak Katok yang tidak terima menembak Pak Haji hingga akhirnya Pak Haji pun turut meninggal.




4)      Konflik Menurun (Anti-klimaks)



Buyung membuat siasat bersama Sanip untuk menggunakan Wak Katok sebagai umpan supaya harimau mau keluar dan bisa dibunuh, agar mereka bisa kembali ke kampung.




5)      Penyelesaian



Buyung berhasil menembak harimau yang diumpankan melalui Wak Katok. Dan akhirnya mereka bertiga bisa kembali ke kampung dengan selamat


Sinopsis

Novel Harimau ! Harimau ! karya Muchtar Lubis menceritakan kisah tujuh orang pencari damar yang telah berada di dalam hutan selama satu minggu. Mereka adalah Haji Rakhmat (Pak Haji), Wak Katok, Sutan, Talib, Sanip, Buyung, dan Pak Balam. Mereka semua secara bersama-sama mengumpulkan damar yang tidak jauh dari pondok Wak Hitam. Sambil mengumpulkan damar mereka juga berburu rusa dan babi. Babi ini yang sering masuk ke rumah Wak Hitam, dan karena itulah terjalin hubungan antara mereka bertujuh dengan Wak Hitam. Wak Hitam adalah seorang laki-laki yang telah berusia 70 tahun. Ia senang tinggal berbulan-bulan di hutan atau di ladangnya bersama Siti Rubiah, istri keempatnya yang cantik dan masih muda belia. Konon, ia senang mencari perawan untuk dijadikan istrinya agar kelak tubuhnya bisa tetap segar.


Selama menginap di rumah Wak Hitam mereka mulai  tertarik akan keindahan tubuh Rubiah. Buyung anggota rombongan termuda dan satu-satunya yang masih bujangan, tergila-gila akan kecantikan Rubiah. Dalam hatinya ia membandingkan kelebihan Rubiah dari Zaitun tunangannya di kampung. Sanip, Talip, dan Wak Katok sering tidak dapat menahan diri jika duduk berdekatan dengan Siti Rubiah. Pada suatu hari mereka melihat hal-hal yang aneh ketika Wak Hitam sakit. Banyak orang yang berpakaian serba hitam datang ke Pondok dan menyerahkan bungkusan rahasia kepada Wak Hitam. Mereka juga menjumpai seorang tukang cerita dan juru ramal di pondok tersebut. Berbagai ramalan disampaikan peramal itu tentang jalan hidup Buyung, Sutan, Talib, dan Sanip. Pada suatu hari Wak Katok berkesempatan mengintai Rubiah mandi di  sungai. Hampir tak tertahankan birahi Wak Katok menyaksikan Rubiah berkecipung mandi tanpa busana, Dalam perjalanan pulang ke pondok, dengan dalih memberi manik-manik ditariknya Rubiah masuk ke dalam belukar. Pada kesempatan lain, Buyung pun mengintai Rubiah mandi di sungai. Hampir tak terkendalikan gejolak batinnya menyaksikan tubuh Rubiah yang menawan. Diberanikannya menghampiri Rubiah yang sedang mandi.

Akhirnya tercipta hubungan intim antara keduanya. Rubiah pun menceritakan dirinya sampai jatuh ke tangan Wak Hitam dan penderitaan yang ditanggungnya. Buyung merasa jatuh hati dan merasa wajib melindungi dan menyelamatkan Rubiah dari tangan Wak Hitam. Hati dan perasaan keduanya terpadu dan membeku. Terjadilah perbuatan terlarang yang tak dapat mereka kendalikan lagi. Mereka melalap kepuasan masing-masing. Setelah Buyung kembali ke tempat rombongan bermalam di hutan ia merasa bimbang dan menyesal telah berbuat dosa. Ia ingin membebaskan Rubiah dengan menjadikannya sebagai istri tapi ia masih tetap mencintai Zaitun.


Suatu hari Buyung, Wak Katok, dan Sutan berburu dan berhasil menembak seekor kijang betina. Hal ini ternyata berakibat buruk bagi mereka. Ketika menguliti kijang tersebut datang seekor harimau tua dan lapar yang sebenarnya telah mengintai kijang itu lebih dahulu. Harimau ini penasaran karena mangsanya jatuh ke tangan Buyung dan kawan-kawannya. Hanya karena ketuaan harimau saja menyebabkan ia terlambat menyergap kijang itu. Kalau masih muda tentu sekali terkam kijang itu sudah dapat dimangsanya. Suatu hari harimau itu menerkam Pak Balam yang sedang lengah dan diseretnya ke hutan. Karena teriakan Pak Balam, teman-temannya datang menolong dan Pak Balam dapat diselamatkan meskipun ia luka berat. Dalam keadaan lemah Pak Balam menceritakan mimpi buruknya yang memaknakan perbuatan dosa yang telah dilakukannya selama ia hidup. Ia juga menceritakan perbuatan- perbuatan dosa yang telah dilakukan Wak Katok. Ketika mereka meneruskan perjalanan pulang dengan mengusung Pak Balam, harimau menerkam Talib. Atas usaha teman-teman, Talib yang telah luka berat dapat direbut dari cengkraman harimau. Sebelum ia meninggal masih sempat mengaku bahwa bersama Sanip ia pernah mencuri kerbau tetangga. Karena serangan-serangan harimau ini Pak Balam minta agar teman-temannya mengakui perbuatan dosa yang pernah dilakukan agar harimau utusan Tuhan ini tidak mengganggu mereka lagi. Hal ini membuat Sutan jengkel dan merencanakan untuk membunuh Pak Balam. Tapi rencana Sutan ini tidak kesampaian. Dalam perjalanan berikutnya mereka berjumpa lagi dengan harimau lapar itu. Wak Katok merebut senapan dari tangan Buyung dan berhasil melarikan diri dari rombongan untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Tetapi justru dia sendiri yang diterkam harimau. Untung teman-temannya segera memberi pertolongan dan ia dapat diselamatkan. Niat buruk Wak Katok yang hendak mencelakakan Buyung dan Sanip dapat diketahui.  Anggota badan Wak Katok diikat dan tidak dilepas-lepas lagi. Wak Katok dijadikan umpan dan diikatkan pada sebatang pohon. Pada saat harimau hendak memangsa Wak Katok, Buyung melepaskan bidikan tepat mengenai sasaran dan harimau pun mati. Kini mengertilah Buyung maksud kata-kata Pak Haji bahwa untuk keselamatan kita hendaklah dibunuh dahulu harimau yang ada di dalam diri kita. Untuk membina kemanusiaan perlu kecintaan sesama manusia. Seorang diri tidak dapat hidup sebagai manusia. Buyung menyadari bahwa ia harus mencintai sesama manusia dan ia akan sungguh-sungguh mencintai Zaitun. Buyung merasa lega bahwa ia terbebas dari hal-hal yang bersifat takhyul, mantera-mantera, jimat yang penuh kepalsuan dari Wak Katok.
 http://brevita-ummi.blogspot.com/2013/06/analisis-pendekatan-novel-angkatan-66.html

0 komentar:

Posting Komentar